Header Ads

Header ADS

Wisata Geopark Gunung Tambora

Kawah Gunung Tambora, dilihat dari puncak
Oleh : Eka Kurniawan
“Gunung Tambora dengan ketinggian 2.851 mdpl (meter diatas permukaan laut) mampu memikat hati para pendaki dengan pesona alamnya yang sangat unik. Lebar kawah Gunung Tambora Tujuh Kilometer, keliling kawah 16 Kilometer, dan kedalaman kawah dari puncak sampai dasar kawah mencapai 800 meter, sehingga kawah Gunung Tambora terkenal dengan julukan The Greatest Crater in Indonesia (kawah terbesar di Indonesia) akibat dari adanya letusan terdasyat di dunia sehingga terkenal dengan The Largest Volcanic Eruption in History. Selain itu keindahan Gunung Tambora lainnya adalah padang pasir luas di sepanjang bibir kawah yang ditumbuhi bunga Edelweiss kerdil dengan tinggi sekitar 0,5 meter sampai 1,5 meter dengan jarak masing-masing berjauhan sekitar 2 meter sampai 100 meter. Juga adanya keindahan batuan-batuan berlapis dan pada bagian atasnya datar seperti meja menjadikan fenomena alam yang menakjubkan. Ada pula lapisan batuan sepanjang tebing kawah yang berlapis-lapis, yang tidak bisa dilewatkan adalah keindahan yang bisa dinikmati di puncaknya adalah pemandangan kawah, lautan, pulau satonda, padang pasir luas yang indah. Gunung tambora termasuk salah satu gunung yang indah di Indonesia, tentunya dengan fenomena alam yang menakjubkan”.
Gunung Tambora secara administrasi terletak di kabupaten bima dan kabupaten Dompu, pulau Sumbawa, dan secara geografis terletak antara 80 – 25oLS dan 118o – 00o BT dengan ketinggian antara 0 – 2.851 mdpl, gunung tersebut merupakan gunung tertinggi di pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kawasan gunung tambora terbagi menjadi dua lokasi konservasi yaitu, Tambora Utara Wildlife Reserve dengan luas 80.000 hektar dan tambora selatan Hunting Park dengan luas 30.000 hektar.
Tambora Utara Wildlife Reserve dengan ketinggian antara 1.000 sampai 2.281 mdpl sebagai kawasan yang penting karena berfungsi sebagai daerah tangkapan air kabupaten bima dan kabupaten dompu, dan sangat berpotensial untuk menjadi tempat wisata karena ciri-ciri geologinya sangat berbeda dengan kawasan lainnya. Juga sebagai tempat perlindungan satwa (wildlife sanctuary). Tambora selatan Hunting Park dengan ketinggian antara 500 sampai 2.820 mdpl sebagai kawasan yang dikelola secara khusus untuk daerah berburu. Kawasan gunung tambora sangat kaya dengan kekayaan flora maupun fauna. Jenis-jenis flora yang paling banyak dijumpai antara lain, alang-alang (Imperata cylindrcca), dendrocnide stimulans, Duabanga molluccana, Eugenia sp, edelweiss (Anaphalis viscida), perdu, anggrek, jelatan/daun duri. Jenis-jenis fauna yang banyak dijumpai antara lain, menjangan/rusa timor (cervus timorensis), babi hutan (sus scrofa), kera berekor panjang (Macaca fascicularis), lintah (Hirudo medicinalis), agas.
Gunung Tambora termasuk tipe gunung strato vulkanik, gunung tersebut diperkirakan mencapai lebih dari 4.000 mdpl terkenal dengan pristiwa pada tanggal 5 april 1815 letusan gunung berapi terbesar dalam sejarah. Letusan dasyat gunung tersebut telah menyemburkan materi paling banyak dalam sejarah manusia, diperkirakan menyemburkan sebanyak 36 mil kubik, menciptakan kawah dengan diameter tujuh kilometer dengan kedalaman kawah 800 meter, dan keliling kawahnya 16 kilometer, mengalahkan letusan Gunung Krakatau yang menyemburkan lima kilometer kubik dan letusan tersebut menimbulkan lubang kawah selebar lima kilometer kubik dengan kedalaman kawah 500 kilometer. Ledakan dasyat tersebut menyebabkan gunung tambora dengan ketinggian di atas 4.000 mdpl menjadi 2.851 mdpl.
Debu halus yang disemburkan dari letusan gunung tambora menutup langit diatas wilayah yang luas sekali dengan radius 200 mil yang mengakibatkan daerah tersebut menjadi hujan abu di kawasan seluas 900 mil. Hal yang menarik dari peristiwa ini adalah lapisan debu yang menyembur telah menghambat sinar matahari untuk mencapai bumi yang mengakibatkan terjadinya perubahan musim secara tiba-tiba dibeberapa bagian bumi dan temperatur udara mengalami perubahan drastis di dunia. Pada musim panas tahun 1815 dibelahan bumi sebelah utara menjadi musim dingin karena kurangnya sinar matahari yang mampu menembus bumi. Masyarakat di pulau Sumbawa mengalami kelaparan, tanah pertanian tertutup debu dan tidak bisa diolah sehingga dalam waktu singkat sekitar 70.000 sampai 80.000 penduduk tewas karena kelaparan melanda pulau Sumbawa dan juga pulau Lombok. Sebelumnya pernah terjadi pula letusan gunung tambora pada tahun 1812 sehingga penduduk sanggar menyaksikan kejadian tersebut, walaupun tidak sedasyat tahun 1815.
Kalau melakukan pendakian ke gunung Tambora sebaiknya melalui jalur resmi, yang relatif lebih aman dari jalur lain, untuk menuju ke Dusun Pancasila dengan menggunakan angkutan darat dari cabang Mbanggo, kec. Manggelewa kabupaten Dompu dengan jarak tempuh selama 2 jam 30 menit, atau 12 Jam dari Mataram. Sesampai di pasar minggu, Desa Pekat Kec. Pekat, para pendaki sebaiknya ke sekretariat PA Gamping atau langsung ke dusun pancasila dan menginap di basecamp Bapak Lewah, Kepala Dusun Pancasila, Jarak tempuh dari Pasar Minggu ke Dusun Pancasila selama 20 menit. Dari dusun pancasila menuju ke pos I dapat ditempuh selama satu jam, di pos I tersebut terdapat sebuah pondok dan sekitar 20 meter terdapat mata air berbentuk sumur airnya yang jernih, kemudian dari pos I menuju ke pos II dapat ditempuh selama satu jam, di pos tersebut terdapat tempat datar untuk beristirahat dan sekitar lima meter dari tempat tersebut terdapat sungai kecil yang mengalirkan air jernih. Dari pos II melanjutkan perjalanan kembali menuju pos III dengan melalui hutan yang lebat dapat ditempuh selama tiga jam. Di pos III tersebut ada tanah datar luas, terdapat pula pondok untuk tempat berteduh para pemburu rusa timor, di pos III tersebut merupakan mata air terakhir untuk mengambil air. Dari pos III menuju ke pos IV para pendaki melewati medan hutan lebat dan ditempuh selama satu jam, kemudian dari pos IV menuju pos V (terakhir) dapat ditempuh selama 30 menit, dari pos V menuju bibir kawah dapat ditempuh selama dua jam, dengan melalui vegetasi yang beralih dari vegetasi hutan ke vegetasi edelweiss baru menuju padang pasir. Selama perjalanan para pendaki akan menikmati keindahan alam yang menakjubkan dengan melalui jalur berpasir ke kanan-kirinya melihat keunikan bunga edelweiss yang berbeda dengan gunung-gunung lain yaitu bunga tersebut sangat pendek sekitar 0,5 meter sampai 1,5 meter dengan letaknya masing-masing berjauhan sekitar dua meter sampai 100 meter. Juga adanya jenis rerumputan dengan tinggi sekitar satu meter sampai 1,5 meter menbentuk barisan-barisan.
Selain itu ada batuan berlapis yang banyak dijumpai dipadang pasir dengan bagian atasnya datar seperti meja yang lebar. Batuan berlapis tersebut telah mengalami proses perlapisan batuan akibat dari adanya lelehan lahar setelah berkali-kali gunung tersebut meletus, dalam kurun waktu lama pada bagian-bagian lapisan batuan yang kuras keras mengalami proses pengoroposan (korosi) kemudian hancur menjadi hamparan pasir atau sering disebut padang pasir. Sedang pada bagian-bagian batuan yang keras menjadi batuan berlapis-lapis dan pada bagian atasnya datar dengan jarak masing-masing batu sekitar 10 meter lebih dengan ketinggian yang sama pada masing-masing batuan berlapis tersebut.
Setelah sampai di bibir kawah para pendaki melihat kawah Doro Afi Toi (dari bahasa bima, sebuah nama kawah). Disini para pendaki dapat melihat lapisan batuan di sepanjang tebing kawah Doro Afi Toi, perjalanan dari bibir kawah menuju ke puncak tambora ditempuh selama satu jam 30 menit dengan melewati hamparan padang pasir dan dikiri kanan terdapat bunga edelweiss serta batuan berlapis.  Sesampainya di puncak gunung tambora para pendaki dapat menikmati pemandangan secara leluasa salah satunya pesona kawah gunung tambora yang sangat lebar dengan adanya telaga hijau didasar kawah.
Asal mula nama gunung tambora menurut cerita turun temurun ada dua versi yaitu, pertama berasal dari kata Lakmbore dari bahasa bima yang berarti ‘mau kemana’, untuk menanyakan tujuan bepergian kepada seseorang. Kedua, dari kata Ta dan Mbora, dari bahasa bima, kata “Ta” yang berarti mengajak, dan kata “Mbora” yang berarti menghilang, sehingga arti kata Tambora secara keseluruhan yaitu mengajak menghilang.
Menurut cerita dari turun temurun, dahulu ada seorang petapa sakti yang datang ketempat gunung tersebut (Gunung Tambora), bertapa dan tidak diketemukan lagi karena telah menghilang di gunung tersebut. Kalau dalam bahasa jawanya adalah Moksa yaitu menghilang jasadnya secara tiba-tiba dan bisa dilihat oleh orang-orang tertentu yang mempunyai kemampuan dalam melihat roh halus. Kemudian orang sakti yang menghilang tersebut pernah menampakkan diri disebuah pulau yang terletak disebelah barat laut pulau Sumbawa juga dapat terlihat dari puncak gunung tambora. Maka pulau tersebut dinamai pulau Satonda dari kata Tonda bahasa bima yang berarti tanda/jejak kaki. Pulau tersebut dapat dilihat dari puncak gunung tambora, tampak dari atas berbentuk telapak kaki kanan manusia.
Maka dengan semua potensi yang ada, maka Gunung Tambora sangat cocok untuk dijadikan Taman Nasional (Geopark). (***)

No comments

Powered by Blogger.