Header Ads

Header ADS

Kemidi Rudat, Teater Tradisional Bernafas Islam Masyarakat NTB


(Cakrawala Nusantara) – Kesenian menjadi wajah sebuah peradaban yang memang notabene merupakan bagain dari peradaban itu sendiri. Lahirnya sebuah kesenian adalah bentuk cipta, karsa dan kreatifitas dalam menyikapi perkembangan sosial masayarakat. Banyak hal tentunya yang mempengaruhi tercipatanya sebuah kerya seni. Islam sebagai sebuah agama juga tidak lepas mempengaruhi lahirnya sebuah kesenian, bahkan acapkali kesenian menjadi media dakwah yang sangat efektif. Ini karena memang melalui seni tidak ada sekat dan menyentuh kehidupan masyarakat secara langsung.
Kemidi Rudat merupakan bentuk kesenian yang menerima pengaruh dan berkembang bersama Islam. Kesenian tradisi masyarakat sasak Lombok, Nusa Tenggara Barat ini bernafaskan Islam. Seni teater tradisional ini masuk dalam rumpun Melayu-Islam. Penamaan Kemidi Rudat secara etimologis memang belum bisa dipastikan secara jelas. Namun menurut Iyas Rusman akar katanya bisa ditemukan dari bahasa arab “rudatun” yang berarti taman bunga dengan asumsi bahwa bunganya adalah pencah. 
Secara sederhana Kemidi Rudat dapat digambarkan sebagai tarian yang di iringi oleh musik terbangan dengan unsur gerakan tari yang kental nuansa agama, seni bela diri dan seni suara. Pendapat tersebut sebagaimana diungkapakan oleh Enoch Atmibrata. Jika ditinjau dari sejarahnya dijelaskan bahwa rudat merupakan kesenian tardisional yang tumbuh dan berkembang di lingkungan pesantren. Ini menjadi akar kenapa Kamidi Rudat sangat kental dengan nuansa Islam atau bernafaskan Islam. Meskipun begitu asal usul kesenian Kemidi Rudat tidak ada yang mengetahui secara pasti. 
Menurut pendapat kepercayaan umum, Rudat diadopsi dari budaya Parsi (Timur Tengah) yang dibawa oleh pedagang-pedagang Islam melalui India, kemudian ke Semenanjung Melayu. Lalu oleh pedagang dan penyebar Islam Banjar-Kalimantan, membawanya ke Lombok sebagai media dakwah penyebaran agama Islam. Kelompok kesenian ini terdiri dari paling sedikit 25 orang pemain, terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu pemain musik pengiring 7-9 Orang dan sisanya pemain lakon yang berperan sebagai pemain drama (gettho, 2008). 
Sumber lain mengatakan bahwa kesenian rudat dikenal di Lombok sejak tahun 1912, diperkenalkan oleh beberapa orang yang baru pulang dari Mekkah. Sebagaimana disebutkan dalam berjudul “Memperkenalkan Tari Rudat Lombok, Nusa Tenggara Barat” (Kanwil Depdikbud NTB, Proyek Pengembangan Kesenian NTB, 1985/1986:1). Perintis kesenian rudat ialah Haji Mas’ud asal desa Dayan Peken, Ampenan dan Sayyid Al-Idrus, seorang keturunan Arab yang menjadi penduduk kampung Sukaraja, Ampenan. Kedua tokoh ini disinyalir sebagai cikal bakal pencipta kesenian Kemidi Rudat di berbagai tempat di Ampenan. Haji Masud mengajarkan lagu-lagu Arab dan permainan kemidi, sedangkan Sayyid al-Idrus yang mengajarkan tari rudat yang berupa pencak silat dan membuat serta mengajarkan cerita.
Inspirasi melahirkan kesenian Kemidi Rudat diriwayatkan oleh kekagumannya menyaksikan proses penggantian Kiswah Ka’bah yang dilakukan oleh Syarif al-Osmaniah dari Turki, dengan pasukan kehormatan yang juga berasal dari Turki. Baginya pasukan Turki itu tampak begitu gagah dan mengesankan hatinya. Beliau menyaksikan itu ketika beribadah di Masjidil Haram. Sepulangnya darisana beliau menciptakan kostum Kemidi Rudat yang didirikan bersama dengan saudara dan keluarganya antara lain, Haji Abdurrahim, Muhammad Rais, Haji Musanip, Haji Durahman, dan Amaq Midah yang bertindak sebagai Pokoq (ketua). Pakaian kebesaran militernya ayah angkatnya, yaitu Haji Hasan Semito, seorang putra jawa pensiunan Sersan Marsose Belanda dipinjam untuk memerankan prajurit Turki.
Kemidi Rudat yang ditampilkan mengangkat cerita dari Turki atau Timur Tengah. Biasanya diilhami dari cerita yang masyhur yang dimuat dalam buku seribu satu malam. Dari bentuk fisik dan substansinya, diduga jenis kesenian ini tidak bisa dilepaskan dengan faktor agama dan budaya Islam yang berkembang pada waktu itu.
Siring berjalannya waktu Kemidi Rudat menjadi bagian dan milik masyarakat sasak Lombok meskipun di dalamnya terdapat juga beberapa unsur kebudayaan lain terutama Melayu. Unsur-unsur kebudayaan yang beragam dalam pertunjukan kemidi rudat seperti arab, melayu, dan belanda disatukan dalam satu misi yaitu bagaimana dakwah Islam menjadi berlanjut dan menjadi agama pemersatu dalam rangka mewujudkan masyarakat yang merdeka dan damai. Dalam hal ini, Islam menjadi titik temu berbagai unsur kebudayaan dalam Kemidi Rudat yang menjadi kesenian milik masyarakat sasak Lombok. (Eka Nian)

Sumber: http://ppp.or.id/berita/kemidi-rudat-teater-tradisional-bernafas-islam-masyarakat-ntb.html

No comments

Powered by Blogger.