Aktivis diantara Pilkada dan Pemilu Legislatif 2019
Oleh: didu (Direktur Mi6)
Baru baru ini sejumlah Aktivis pergerakan NTB dari berbagai
elemen mendeklarasikan dukungan politiknya ke paket ‘AMAN’. Secara taktik,
sikap politik kalangan Aktivis Prodem ini bisa dibenarkan dan tepat. Hal ini
tentu terkait dengan menambah daya resonansi kekuatan, khususnya terkait citra
baik persepsi publik terhadap Aktivis.
Kedua,
pilihan sikap sebagian Aktivis melakukan bloking politik ke AMAN ini harus
dimaknai sebagai upaya menyatukan power politik kaum pergerakan dalam satu
kesatuan sikap dan gerak dalam mewarnai konstelasi Pilgub NTB.
Ketiga,
terkait ekspektasi atau harapan yang hendak diraih kedepan dari para
aktivis dengan adanya dua momentum yakni pilkada dan Pemilu Legislatif.
Dimana kedua peristiwa politik itu dijadikan isu perekat yang berujung pada
pemilu legislative.
Bagi
kalangan Aktivis yg memiliki cita cita karier politik kedepan, maka momentum
pilkada dijadikan ‘Tools’ untuk persiapan menyongsong Pemilu Legislatif lewat
serangkaian gerakan investasi tanam budi kebaikkan dibasis rakyat yang
dikuasai.
Pilkada juga
dipakai sebagai sarana mengartikulasikan kerja politik dibasis pemilih oleh
kalangan Aktivis. Kerja kolektif Aktivis tentu diuji dalam pilkada ini sampai
sejauhmana agregasi maupun daya penetrasinya dimassa rakyat.
Hubungan
simbiosis politik antara Paslon dengan kaum pergerakan tidak bisa lagi
diartikan dalam kontek ‘moral force’ semata, namun bersifat saling memahami
maksud.
Kesetiaan
dan menjaga trust tentu menjadi komitmen awal yang paling utama. Pada celah ini
terjadi hubungan take and give yang bermuara pemberian privelese agar Aktivis
bisa terback up dalam melaksanakan kerja dibasis secara masif maupun kerja
politik lain untuk kepentngan paslon yg didukung.
Partisipasi
Politik Aktivis
Dalam
konstruksi politik yang tidak bebas nilai ini, perjuangan kaum pergerakan dalam
memenangkan paslon yang didukung patut diapresiasi. Karena hal tersebut
merupakan partisipasi politik yang kongkret dari para aktivis yang siap pasang
badan.
Demikian
pula di paslon lain selain AMAN, beberapa kalangan Aktivis pergerakan
juga melakukan bloking politik. Semangat dan cita citanyapun sama yakni ingin
berperan memenangkan paslon yang didukung dengan Sukses story.
Menyebarnya
kekuatan kalangan Aktivis pergerakan pada masing-masing paslon Pilgub NTB ini
merupakan dinamika yang tidak harus dikontradiksikan.
Sebagai
salah satu pilihan sikap politik yang otonom, apa yang dilakukan oleh Aktivis yang
memilih berafiliasi ini merupakan tradisi politik yang baik. Dari momentum Pilkada
ini para aktivis dapat belajar dan bekerja dengan cermat untuk terlibat sebagai
vote getter dalam memperbesar perolehan suara paslon yang didukung.
Bagi
kalangan Aktivis pergerakan tentu sudah tidak asing bagamana melakukan proses
pendampingan pemilih di basis konstituennya. Pelatihan metodologi tentang
Community Organizer sudah pernah dijalani, sehingga memudahkan melakukan
penetrasi dibasis. Kelebihan para aktivis inilah yang menjadi kekuatan politik
dimata paslon lain.
Relationship
Aktivis Dan Media
Sudah barang
tentu tampilnya kaum pergerakan dalam dinamika Pilgub NTB tidak membawa ‘cek
kosong’. Dengan sejumlah pengalaman lapangan dalam melakukan pendampingan dan
advokasi di grassroots, para aktivis memiliki bekal ketrampilan yang bisa
dijadikan alat untuk bersinergi dalam meraih suara rakyat.
Peran media
dalam mengartikulasikan kerja-kerja politik para aktivis sangatlah penting. Hal
ini setidaknya dapat memberikan spirit tersendiri atas kerja politik partisan
yang dilakukan.
Sementara
itu bagi kalangan Aktivis, liputan media ini merupakan sarana untuk Pencitraan
yang baik untuk menuju jenjang politik ke depannya. Pilkada Gubernur adalah sasaran
utama menuju Pemilu Legislatif 2019. Untuk itu tidak salah jika dalam pilgub
NTB banyak Aktivis turba politik ke empat paslon.
Hubungan
simbiosis antara Aktivis dan Media sesuatu yang inheren. Sebagai sarana
artikulator ke publik, media bisa menjadi sahabat yang baik para aktivis guna
menerjemahkan arah maksud keinginan kaum pergerakan.
Media alat
yang efektif untuk menyemai dan menabur segala kebaikkan perjuangan kaum
aktivis dalam konstestasi pilgub NTB. Sehingga agak tidak masuk di akal jika
para aktivis ada pola pikir menjauhi media.
Momentum Pilgub NTB
ini salah satu tolok ukur menilai progress report kalangan Aktivis dalam meraih
dukungan dan mengamankan basis dukungannya. Dan Media adalah saksi dan bukti
sejarah yang otentik dalam
menilai kerja politik kalangan Aktivis lewat publikasinya ke publik. (***)
No comments